Foto: Lutfi Sheykal


Perkebunan di belakang stadion berstatus internasional memang sudah bukan hal yang lumrah. Perkebunan dengan luas 2 hektar ini menjadi sumber mata pencaharian para petani.

Merantau jauh dari Indramayu, Sarmita memilih menjadi petani untuk menjalani kehidupannya di Ibu Kota. Rumah bedeng di setiap sisi perkebunan menjadi tempat tinggalnya sehari-hari. 

Sarmita menuturkan “ Sudah 4 tahun bekerja disini”. 

Sarmita bertanggung jawab menjaga 4 petak sawah, diantaranya ia tanami kangkung, bayam, sawi dan cabai. 

Pukul 07.00 WIB Sarmita mulai menggarap sawah yang ingin ia tanami, setelah digarap dilanjut ditaburi bibit lalu dibalut oleh lumpur agar bibit yang ditanam menghasilkan sayuran yang bagus. Setelah itu didiamkan sampai sore. 

Melalui proses yang sangat panjang sampai bibit itu bisa dipanen. Lalu setiap sore Sarmita harus menyiramnya namun, Jika hujan tiba tanaman tersebut didiamkan saja sampai 2 hari kedepan. 

Setelah panen kangkung diikat agar mempermudah menjualnya. Satu gabung kangkung terdiri dari 20 ikat, dijual berkisar Rp 10.000 sedangkan harga persatu ikatnya sebesar Rp 500 perak. 

Dalam satu kali panen Sarmita hanya mendapatkan upah sebesar Rp 105.000 per satu petak sawah.

Tanpa petani bahan pokok tidak akan ada, namun realita kehidupan petani jauh dari kata layak. (STW)