foto: Pinterest

Belakangan ini ia selalu menggunakan baju lengan panjang bahkan kadang menggunakan kerudung. Awalnya aku merasa ini adalah perubahan baik dalam ilmu spiritualnya, namun ternyata dibalik itu semua  menyimpan luka yang tiada habisnya. 


Sebut saja dia Ima, wajahnya selalu memancarkan tawa. Selewat hidupnya biasa saja bahkah terlihat sangat bahagia. Namun, siapa sangka tiap waktu tak terduga ia akan selalu menyayat tangannya. 


Orang tuanya tau kejadian ini, namun hal tersebut selalu dikaitkan dengan kurangnya iman di dalam diri Ima. sampai ia dibawa untuk di ruqyah dalam rangka menghilangkan hal-hal gaib di dalam tubuhnya agar ia bisa kembali normal. 


Namun semuanya nihil, Ima tetap melukai dirinya tiap kali tersentuh akan hal-hal yang tak bisa ia terima. Ia akan melukai tangannya jika mendengar dentuman keras atau mendengar kasus perselingkuhan. 


Ima sadar betul kalau ada yang tak beres dalam dirinya, namun keluarganya tak mengizinkan anaknya untuk berobat ke tenaga ahli. Karna katanya, Ima hanya kurang iman di dalam dirinya. 


Sampai suatu waktu, Ima terbujur kaku di kamarnya. Di dekat kasusnya, terdapat bungkus obat anti mabuk yang sudah habis 1 lembar. Melihat hal tersebut, ibunya langsung membawa Ima ke rumah sakit. 


Sebagai orang yang sangat dekat dengan Ima, aku merasa gagal menjaganya. Melihatnya terbujur kaku, membuatku marah sekaligus kesal, kenapa tidak bisa mencegah hal itu terjadi. 


Setelah Ima mendapatkan perawatan medis dalam fisiknya, keluarga Ima mulai terbuka matanya untuk membawa Ima berkonsultasi kepada tenaga ahli. 


Lalu setelah itu, Ima dinyatakan mengidap borderline personality disorder. Ini adalah salah satu jenis cluster gangguan mental. Gangguan mental ini menyebabkan ketidakstabilan emosi, pandangan diri, dan perilaku, hal ini dapat membawa dampak serius. 


Pasien yang mengalami hal ini cenderung kesulitan berinteraksi sosial, rentan melukai diri sendiri, bahkan berpikir untuk melakukan bunuh diri.



Kondisi gangguan kesehatan ini biasanya muncul pada usia remaja sampai awal dewasa. Dan lebih sering terjadi pada perempuan. Menurut Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, selaku psikiater di RSJMM, tahun ini terjadi peningkatan kasus borderline personality disorder di Indonesia. Pada kasus ini sebagian besar gejalanya muncul sebelum menginjak usia 18 tahun.



Dr. Nova Riyanti Yusuf menekankan bahwa pentingnya peran orang tua dan teman terdekat dalam membimbing dan memberikan dukungan pada mereka yang menunjukkan ciri-ciri gangguan kepribadian. 


Dengan adanya support dari orang-orang terdekat, maka harapannya pasien dapat lebih terbuka pikirannya dan tidak melukai diri sendiri, karena ia merasa kalau banyak orang yang sayang dengannya. 


Pasien yang sudah di diagnosis ini harus selalu melakukan konseling, tujuannya agar mentalnya tetap stabil dan tidak ada niatan untuk menyakiti dirinya. 


Sampai sekarang, belum ada hal pasti yang menyebabkan Ima menderita penyakit tersebut. Namun, berbagai faktor, seperti psikologis, biologis, dan sosial kultural, dapat mempengaruhi perkembangan personality disorder. Pola asuh juga berperan penting, dimana cara mendidik anak dapat signifikan mempengaruhi pembentukan kepribadian.



Dalam kasus Ima, dokter menyimpulkan bahwa reaksi Ima sekarang ini adalah bentuk dari rasa sakitnya Ima saat masa pacaran dulu. Ima adalah perempuan yang masuk kedalam lingkaran hubungan toxic semasa pacaran dulu. 


Hubungannya selalu dihiasi oleh pertengkaran, perselingkuhan bahkan Ima pernah mendapat perlakuan kasar baik secara verbal maupun fisik. Tiga tahun Ima menderita, sampai akhirnya Ima bisa lepas dari jeratan manusia tersebut. 


Terlepasnya Ima dari mantan pacarnya itu ternaya meninggalkan luka yang teramat dalam.   Kini Ima sedang berjuang untuk melawan rasa trauma itu. Setiap bulan Ima harus berkunjung untuk melakukan konsultasi. Meskipun masih melukai dirinya, namun Ima sudah bisa mulai mengontrol emosinya. 


Ima juga melakukan semua saran yang dokter berikan, mulai dari mengikuti volunteer, Menjaga aktivitas fisik, seperti berolahraga, membuat jurnal untuk menyalurkan emosi, mengikuti kelas yoga, meditasi, serta Ima jadi lebih terbuka dengan keluarganya terkait apa yang sedang dirasakan. 


Keluarga Ima pun sekarang mendukung kesembuhan Ima dengan penuh. Hal ini tentunya sangat penting karena dalam situasi ini, peran keluarga memegang peranan penting dalam mendukung pemulihan pasien. Memberikan dukungan moral dan moril menjadi kunci. 


Melihat progres Ima sekarang, aku yakin bahwa semua orang yan menderita penyakit ini akan bisa sembuh. Tugas kita dalam hal ini adalah memberikan perhatian penuh dan selalu support agar ia tidak melakukan hal tersebut lagi.